Kerajinan samak telah dilakukan oleh kelompok perempuan di Kp. Cikawung Girang secara turun temurun, tidak ada data pasti kapan dimulainya kerajinan ini oleh masyarakat. Bahan baku untuk membuat samak biasanya menggunakan daun pandan (Pandanus odoratissimus L.f.), daun cangkuang (Pandanus Furcatus) dan daun gebang. Jenis-jenis bahan baku untuk pandan bisa didapatkan warga di sekitar perkampungan, pesisir pantai dan sepanjang sungai dekat kawasan hutan.
Hampir 70% perempuan di Kp. Cikawung girang dapat membuat/menganyam samak pandan dengan membaginya dalam 2 (dua) jenis kualitas yaitu; samak barus (2 lapis) dan samak sabeulah (1 lapis). Harga samak barus rata-rata Rp. 10.000/jengkal tangan dan harga samak sabeulah Rp. 5.000/jengkal tangan, ukuran yang digunakan adalah per-jengkal tangan lebar samak. Satu (1) buah samak barus dapat dikerjakan dalam waktu 1 minggu dan 1 buah samak sabeulah sekitar 3-4 hari.
Proses pembuatan samak pandan (tikar pandan)
Daun muda pandan yang masih lentur dengan panjang 1m atau lebih diambil untuk bahan anyaman. Bagian ujung dan pangkal daun dipotong sehingga berukuran 80- 100cm. Duri di bagian tepi daun dihilangkan dengan menggunakan alat yang disebut “panyucuk”, kemudian daun dibelah memanjang dengan “panyoak” menjadi 4 bagian. Daun yang telah dibelah menjadi 4 tersebut dikenal dengan sebutan “aray”. Lebar aray dapat diatur dengan panyoak. Makin sempit lebar array, hasil anyaman semakin halus kemudian getah atau lendir yang terdapat pada aray dihilangkan dengan menggunakan “pamaut” sehingga aray menjadi lentur dan mudah untuk dianyam.
Setelah aray terkumpul sebanyak 1 genggam (dihasilkan dari sekitar 20 lembar daun pandan), lalu diikat, dijemur atau dikering anginkan selama sekitar 2-3 jam, kemudian dilipat menjadi 4 bagian, selanjutnya direbus selama 6 jam. Setelah itu didiamkan atau direndam dalam air selama 2 jam dengan tujuan untuk menghilangkan sisa-sisa lendir yang masih menempel pada daun. Aray yang telah dimasak, dijemur kembali di bawah sinar matahari selama 2 hari dan hasilnya disebut “aray putih” atau “aray bodas”.
Sebelum dianyam aray putih ini dipukul-pukul perlahan-lahan atau dipaut kembali agar menjadi lemas dan permukaannya halus. Proses awal menganyam disebut ”ngelabang” (karena bentuknya seperti kaki kelabang) dan akhir menganyam disebut ”ngaput” yaitu menutup bagian tepi anyaman. Sebelum dipasarkan, hasil anyaman tikar dijemur kembali agar terlihat tidak kusam. Lamanya perebusan dan ukuran aray merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi mutu hasil anyaman. Jika pada penjemuran kurang sinar atau cuaca mendung maka hasil anyaman tampak berwarna putih kusam, sedangkan jika perebusan aray kurang lama maka aray mudah patah pada saat dianyam.
Proses menganyam “samak” tikar atau “kaneron” tas membutuhkan waktu selama 2 hari. Setiap 1 lembar tikar dengan ukuran 1,20 x 2 m memerlukan 3 ikatan aray bodas, sementara untuk kaneron sebanyak 2 ikatan. Menurut penuturan penduduk, selain pandan samak, daun cangkuang dan bidur juga dapat dianyam, namun kurang umum dilakukan karena hasil anyaman daun kedua jenis tersebut kurang halus dan kurang awet (hanya bertahan sekitar 2 tahun saja), sementara hasil anyaman pandan samak dapat bertahan hingga 4 tahun. Secara singkat urutan proses pembuatannya sebagai berikut :
1. Memilih dan mengambil bahan baku pada rumpun pohon pandan
2. Daun pandan yang telah dipilih lalu disuakan atau dibelah
3. Setelah dibelah, lalu dipaud atau disasat hingga lentur
4. Direbus
5. Direndam di air tawar
6. Dijemur
7. Dipaud yang ke dua kali
8. Dianyam
9. Dikaput atau dijahit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar